Menjadi pegawai negeri masih menjadi idaman setiap orang tidak hanya dikalangan muda tetapi juga orang tua yang berupaya menyekolahkan anaknya dengan sekuat tenaga.
Setiap ada pembukaan CPNS jumlah pelamar membludak sedangkan formasi yang tersedia sungguh amat miris sangat kecil sekali
Kejadian seperti ini sudah sangat lama bisa dikatakan sejak ada seleksi CPNS yang terbuka untuk umum, sebelum jaman reformasi untuk menjadi PNS tidaklah sesulit dan seketat sekarang bahkan sebelum tahun 1990-an orang tua yang menjadi PNS bisa ‘mewariskan’ NIP nya kepada salah satu anaknya untuk menjadi PNS
Kadang miris juga melihat sistem pendidikan yang selama ini terjadi. Anak kecil mulai dari SD hingga SMA sibuk belajar mati-matian di sekolahnya untuk mendapatkan nilai yang baik dalam setiap mata pelajaran bahkan untuk menjadi peringkat satu. Anda bisa baca laman Sistem Ranking bagi Anak dan Kesuksesan
Tidak hanya anak-anak yang belajar di sekolah, orang tuanyapun sibuk memilih sekolah yang favorit agar anaknya dapat bersekolah dengan baik agar masa depannya cerah.
Bahkan setelah melanjutkan ke Perguruan Tinggi pun berupaya agar bisa masuk ke perguruan tinggi negeri favorit atau perguruan tinggi swasta dengan biaya yang tidak kecil. Namun, apakah kuliah di kampus terkenal menjamin sukses?
Lingkungan mengajarkan kepada kita agar sekolah setinggi-tingginya, setelah S1 langsung ke S2 dan terus ke S3.
Dengan pola linear seperti ini mungkin cocok bagi mereka yang telah bekerja pada instansi tertentu yang mengharuskan jenjang pendidikan untuk karir seperti dosen, peneliti ataupun pegawai negeri sipil. Namun, bagi yang bukan Untuk Apa Kuliah Kalau Ujungnya Sulit Dapat Kerja !
Profesi PNS Tidak Bisa Diwariskan
Lalu, bagi mereka yang bukan berprofesi seperti itu apakah relevan? Belajar mati-matian di sekolah dan setinggi-tingginya hingga S3 ujung-ujungnya untuk menjadi pegawai negeri, pola pikir seperti ini tidak berubah dari jaman kakek-nenek kita 40 tahun lalu
Orang tua yang berprofesi sebagai PNS cenderung mengajarkan kepada anaknya untuk menjadi murid yang ‘baik’.
Murid yang rajin sekolah bahkan dibiayai oleh orang tuanya kuliah hingga ke jenjang S2 dengan harapan kelak akan mendapatkan pekerjaan yang baik dengan gaji tinggi dan sejahtera
Namun, dunia sebenarnya adalah bukan dunia kampus. Dunia sebenarnya ketika anak muda menyelesaikan jenjang pendidikan formalnya dan harus terjun kedunia realitas yang serba tidak pasti di tengah masyarakat. Dunia realitas yang membutuhkan segala aspek kecerdasan agar bisa survive dan berkembang
Anak muda yang tidak siap kembali kedunia nyata karena terlena dengan dunia kampus akan depresi bahkan menyalahkan lingkungan dan pemerintah karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa dunia sebenarnya tidak seperti yang dia impikan
Dunia nyata menuntut anak muda agar berjuang untuk survive termasuk mendapatkan pekerjaan untuk hidupnya.
Tidak ada cerita, anak muda lulus kampus langsung ditawari PNS (kecuali ikatan dinas) atau pekerjaan enak dengan posisi mentereng dan gaji fantastis.
Semuanya harus melalui proses dan usaha serta bersaing dengan lulusan kampus lainnya yang jumlahnya berjibun
Anak muda yang lahir dari keluarga PNS cenderung ingin menjadi pegawai negeri (PNS) seperti orang tuanya bahkan anaknyapun nanti ingin menjadi PNS seperti dirinya
Ibarat perangkap tikus yang memenjarakan alam bawah sadar dalam lingkaran profesi PNS. Sayangnya profesi PNS tidak bisa diwariskan kepada anaknya.
Mengapa Profesi PNS Masih Menjadi Idaman
Tidak dipungkiri bahwa profesi PNS menjadi profesi yang paling di idamkan di masyarakat saat ini.
Selain karena faktor aman (bebas PHK) dan adanya jaminan masa tua dengan uang pensiun dari pemerintah disertai pula jenjang karir yang jelas dan tunjangan kinerja yang tinggi
Namun, Disamping itu semua, terdapat faktor lingkungan yang tidak bisa dihindarkan, yakni kondisi masyarakat Indonesia yang masih agraris dan sebagian besar berada di wilayah rural (pedesaan) dimana tidak banyak pilihan kerja yang tersedia
Oleh karena itu, banyak diantara orang yang ingin bekerja bahkan rela dengan gaji ala kadarnya agar bisa mengabdi dengan memakai seragam pegawai pemerintah (honor/sukuan).
Kondisi seperti ini, dalam 10 tahun atau 20 tahun kedepan sulit berubah, kecuali di pusat perkotaan yang tersedia banyak pilihan pekerjaan
Mengubah Cara Belajar di Sekolah
Mengubah cara belajar di sekolah maupun di kampus, ini adalah kalimat yang pas untuk bisa diterapkan dalam waktu dekat daripada mengubah sistem pendidikan yang ada.
Cara belajar yang hanya berorintasi pada diktat dan buku serta mengejar angka yang tertulis dalam KHS atau raport bukanlah cara belajar yang tepat
Sistem belajar seperti itu hanya membuat anak kaku, penurut dan tidak bisa melakukan apapun di masyarakat.
Anak boleh saja sekolah dan mempelajari mata pelajaran yang diajarkan di sekolah namun tidak perlu dituntut agar bisa menguasai semuanya dengan nilai baik.
Biarkan anak mengeksplor bakat dan minatnya dan justru bakat dan minatnya itulah nanti yang banyak berguna bagi kehidupannya
Anak perlu belajar bukan hanya 5 cm keatas ( leher- kepala) tapi juga perlu belajar 2 meter ke kanan, 2 meter ke kiri, depan dan belakang dalam artian anak perlu learning by doing, belajar bersosialisasi, berinteraksi, mencoba dan membuat kesalahan agar bisa belajar dari kesalahan
Ibarat burung yang baru lahir, sang induk mengajari agar anak mengepakkan sayap, melompat jatuh dan bangun untuk survive dalam hidupnya
Seorang TKW yang sudah lama berada di Taiwan, Hongkong maupun di Negara maju Eropa mereka terdidik oleh keadaan, belajar langsung dari berbagai permasalahan yang dihadapinya, membuatnya lebih cerdas dalam mengatasi permasalahan hidup
Sebaliknya, anak yang baru lulus kuliah bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara mengatasi permasalahan hidupnya sehingga masih menjadi beban orang tuanya.
Sekolah dan Pendidikan
Elon Musk, orang terkaya di dunia saat ini, CEO SpaceX dan Tesla mengatakan jangan bingung antara sekolah dan pendidikan.
Saya tidak kuliah di Harvard tapi orang-orang lulusan sana bekerja untuk saya. Musk, menganjurkan kepada anak muda untuk belajar apa yang menjadi kesukaannya sehingga dia ahli dibidang itu
Untuk ahli dibidang tertentu diperlukan proses pembelajaran yang terus-menerus, anda bisa memanfaatkan sarana yang ada seperti youtube, internet sebagai media pembelajaran dalam mengembangkan keahlian anda.
Proses pendidikan ini harus berlangsung terus-menerus walaupun sekolah formal anda sudah selesai
Yang diperlukan adalah proses pembelajaran diri, “Saya belajar otodidak, saya tidak memiliki gelar Aerospace, tapi saya banyak membaca buku dan berbicara dengan banyak orang-orang pintar dan memiliki tim yang hebat” kata Elon Musk
Pembelajaran juga bisa dilakukan dari proses pengalaman, belajar dari setiap kesalahan yang dilakukan dan jangan takut mengambil risiko selagi masih muda.