Mikamoney.com– Nikah, Haruskah Menunggu Mapan Dulu!. Hai sobat mika, kali ini mika akan bercerita tentang fenomena yang sering mika temui di kalangan anak muda zaman sekarang.
Banyak diantara anak muda yang sudah berusia diatas 30-an bahkan tidak jarang pula yang diatas 40-an masih hidup membujang, apakah mereka tidak ingin menikah?
Tentu saja mereka ingin menikah layaknya orang pada umumnya, namun banyak kendala yang menyebabkan mereka belum mendapatkan jodohnya. Haruskah nikah menunggu mapan dulu!
Kalau kita perhatikan rata-rata anak muda zaman sekarang menikah pada rentang usia antara 26-35 tahun, hal ini berbeda dengan zaman kanek-nenek kita dulu dimana lazimnya mereka nikah pada rentang usia 15-22 tahun,
perbedaan ini karena terjadi pergeseran pola pikir pada generasi yang berbeda dimana generasi x dan milenial saat ini dengan rentang usia yang sama umumnya lebih banyak meghabiskan usianya di lingkungan sekolah formal.
Rata-rata usia antara 15-22 tahun dihabiskan untuk mengenyam pendidikan di sekolah formal hingga perguruan tinggi,
setelah lulus, anak muda ini biasanya mencari penghidupan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai di usia 23-27 tahun. Dan rentang usia 26-30, biasanya baru memikirkan menikah
Kalau kita tanyakan kepada anak muda yang sudah cukup umur untuk menikah namun belum juga menikah, kenapa mereka belum menikah?
Umumnya jawabannya: belum ketemu jodoh dan masih menunggu mapan dulu atau juga tidak percaya diri karena tidak memiliki pekerjaan.
Kalau kita lebih teliti lagi bahwa alasan belum ketemu jodoh sebenarnya hanyalah alasan luar dari faktor yang lebih inti dalam menghambat pemuda untuk menikah.
Faktor yang menghambat itu misalnya, belum punya kerja, ingin merawat orang tuanya dulu atau punya tanggungan membiayai sekolah adik-adiknya sehingga tidak memikirkan untuk menikah yang menyebabkan itulah yang menjadikan penyebab belum ketemu jodoh
Namun, tidak jarang khususnya anak muda lelaki yang belum menikah karena menunggu mapan terlebih dulu dan tidak percaya diri jika menikah dengan modal pekerjaan yang masih serabutan.
Memang alasan klasik bahwa jika seorang pemuda menikah kebanyakan orang akan bertanya pekerjaannya apa? Karena pekerjaan menunjukkan bahwa lelaki itu bertanggungjawab dan telah siap membina rumah tangga.
Sebaliknya, jika menikah dan tidak punya pekerjaan maka akan menjadi perbincangan tetangga dan kehormatan lelaki itu runtuh karena dianggap bukan siapa-siapa.
Tidak bisa dipungkiri, kemapanan dari lelaki baik jabatan maupun ekonomi menjadi idaman bagi sebagian besar wanita karena itu menunjukkan bahwa lelaki tersebut bisa diandalkan dan dibanggakan
Lalu, apakah nikah harus menunggu mapan dulu? Kita lihat dari beberapa sisi terlebih dahulu, yang menjadi faktor utama dalam membina rumah tangga adalah faktor ekonomi.
Faktor ekonomi rumah tangga yang mapan akan menunjang kebahagiaan rumah tangga dan sebaliknya faktor ekonomi-pun menjadi penyebab perceraian rumah tangga.
Namun, tidak semua orang bisa mendapatkan kemapanan ekonomi bahkan untuk mendapatkan pekerjaan saja masih terasa sulit dan persaingan ketat karena sempitnya lapangan kerja yang tersedia.
Setelah mendapatkan pekerjaanpun masih jauh dari kata kemapanan karena gaji hanya habis untuk memenuhi kebutuhan pokok bulanan saja
Oleh karena itu, menunggu mapan dulu untuk nikah bukanlah tindakan bijak karena kemapanan itu tidak bisa dipastikan bagi setiap orang. Bahkan tidak jarang sampai tua dan berubanpun tidak menjamin seseorang menjadi mapan.
Oleh karena itu, jika sudah punya sumber pemasukan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga (makan,minum,tempat tinggal baik kontrak maupun kos dll)
maka menikahlah tanpa harus menunggu mapan karena rejeki nanti akan datang dengan sendirinya saat sudah berkeluarga (tentunya dengan doa dan usaha)
Seorang lelaki akan menjadi pemimpin rumah tangga maka buktikan dengan tanggung jawab, cara membuktikan tanggungjawab itu secara sederhana adalah mampu untuk menghidupi anak dan istrinya sebagai anggota keluarga inti.
Oleh karena itu, kaum muda lelaki jangan putus asa, bekerja dan berusahalah dengan tulus dan sesuai dengan kemampuan.
Ada paradox tentang kemapanan, seorang lelaki mendapatkan kemapanan dalam bidang ekonomi disaat usianya berumur (> 45 tahun),
namun kadangkala kamapanan ekonomi itu mengorbankan satu sisi urusan pribadinya terutama tentang cinta, dia mapan namun masih lajang.
Begitupun sebaliknya, urusan cinta dia dapatkan namun terseok-seok dalam urusan ekonomi bahkan banyak pula yang berakhir dalam perceraian.
Memang, ada pula yang mendapatkan keduanya, di usia muda sudah mapan dan dia juga mendapatkan kebahagiaan dan cinta yang diimpikannya, tapi berapa persenkah anak muda yang bisa mendapatkan seperti itu?
saya kira tidak banyak bahkan jumlahnya sangat sedikit dan kalaupun ada tentu mereka sudah menikah dan punya anak.
Jika sudah punya penghasilan dan sudah bertemu dengan calon istri/suami yang saling mengerti, maka menikahlah.
Kenapa saling ‘mengerti’ ini penting? Karena rasa saling pengertian inilah yang akan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan pada masing-masing pasangan pada saat menikah kelak.