Paparan infrasonic telah dibuktikan dapat mempengaruhi seseorang dengan menimbulkan gejala termasuk ketakutan, kesedihan, depresi, kecemasan, mual, tekanan dada, halusinasi, dan manifestasi dari segala jenis makhluk.
Infrasonic dapat menyebabkan benda bergerak. Kasus ketika menyelidiki bangunan rumah angker, di mana seseorang merasakan kehadiran hantu dan arwah disebabkan oleh adanya getaran infrasonic frekuensi rendah daripada kejadian paranormal.
Apakah hantu hanyalah gelombang suara?
Para ahli menyebut suara infrasonik dalam rentang 18,9 Hz sebagai “frekuensi ketakutan” karena suara seperti itu dapat menimbulkan perasaan cemas.
Terutama pada intensitas yang lebih tinggi. Peneliti ilmiah NASA telah menemukan bahwa frekuensi resonansi mata manusia sekitar 18 Hz.
Ini bisa menjelaskan mengapa suara dalam kisaran ini bisa menghasilkan halusinasi (Fenomena sudut mata).
Jadi, suara dengan frekuensi rendah dapat menyebabkan orang mengalami pengalaman yang tidak biasa dan membuat mereka melihat “benda” yang oleh sebagian orang menyebutnya sebagai “hantu”.
Bagaimana suara dapat menyebabkan penyakit atau bahkan kematian?Frekuensi yang paling berbahaya adalah frekuensi ritme alfa median otak: 7 hz. Ini juga merupakan frekuensi resonansi dari organ-organ tubuh.
Pada volume tinggi, suara infrasonik dapat secara langsung mempengaruhi sistem saraf pusat manusia, menyebabkan disorientasi, kecemasan, panik, kejang usus, mual, muntah dan akhirnya organ pecah atau bahkan kematian akibat paparan yang lama.
Upaya terdokumentasi pertama untuk mereproduksi efek infrasonic dilakukan oleh Vladimir Gavreau pada tahun 1957. Ia menjadi tertarik pada infrasonic ketika diminta untuk menyembuhkan kasus “sindrom gedung sakit”.
Staf di sebuah pabrik penelitian di Marseilles, Prancis, secara misterius jatuh sakit. Keracunan bahan kimia atau patogen dicurigai, tetapi Gavreau akhirnya melacak asal mula penyakit ke kipas berputar unit AC yang menghasilkan gelombang suara frekuensi rendah.
Gavreau mulai bereksperimen dengan akustik frekuensi rendah dengan tujuan menciptakan senjata audio yang layak untuk militer Prancis.
Gavreau dan timnya menguji sendiri instrumen tersebut di pabrik Marseilles, dengan hasil yang tidak terduga. Salah satu anggota tim tewas seketika, “organ internalnya hancur menjadi jeli amorf oleh getaran.”
Senjata audio juga diketahui telah digunakan dikembangkan oleh militer Jerman selama fase akhir Perang Dunia II. “Luftkanon,” atau “Wirbelwind Kanonew,” senjata suara yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat musuh dengan menciptakan pusaran suara.