Mikamoney.com– BJ Habibie tidak hanya dikenal sebagai manusia cerdas yang menciptakan Crack progression theory dalam dunia aeronautika tapi beliau juga mampu menciptakan teori zig zag dalam ekonomi yang diimplementasikannya pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi.
Krisis moneter 1998 menjadikan perekonomian Indonesia bergejolak liar hingga menyebabkan tergulingnya Orde Baru. Disaat yang genting tersebut,
dengan tangan dingin Presiden BJ Habibie mampu meredam kehancuran rupiah dan hiper inflasi yang sangat membahayakan bagi kelansungan ekonomi Negara.
” ..Habibie’s advocacy of a strange “zig-zag theory” of economics. He believed that cutting interest rates, then doubling them, then slashing them again, would reduce inflation. ” ( TIme Magazine , June , 1998 )
Ketika diangkat menjadi presiden, dengan latar belakang seorang engineer pesawat terbang, banyak ekonom yang meragukan kemampuan Habibie untuk mengangkat ekonomi Indonesia pasca-krisis 1998 waktu itu.
Saat itu nilai tukar dolar menembus angka hingga Rp17 ribu. Investor asing menganggap kepresidenan Habibie menakutkan. Salah satu alasannya adalah tentang “teori zig-zag” aneh yang dilontarkannya dalam ekonomi.
Dia percaya bahwa memotong suku bunga, kemudian menggandakannya, lalu memotongnya lagi, akan mengurangi inflasi. Kritik dan tertawaan ditujukan kepadanya .
“Dia badut, pelawak, penghibur,” kata Jusuf Wanandi, direktur Pusat Studi Strategis dan Internasional di Jakarta.
Pada saat terjadi krisis moneter yang menjadikan ekonomi Indonesia rapuh dan kurs rupiah anjlok hingga 17.000 per dolar, menjadikan Indonesia terancam dalam inflasi.
Namun, dengan kecerdasan yang luar biasa BJ Habibie dapat meredam dengan pendekatan ilmiah rumus-rumus matematika yang dinamakan Teori Zig-Zag.
Menariknya, BJ Habibie telah memikirkan Teori Zig-Zag ini pada 1996 atau sekitar dua tahun sebelum menjadi Presiden.
Dengan teori zig-zag yang diciptakannya presiden BJ Habibie mampu membalikkan Rupiah dari 17.000 perdolar menguat hingga 6.500, Ini menjadi catatan tersendiri lantaran nilai tukar ini tidak pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya.
Adalah mantan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal mengungkapkan teori tersebut.
Bahkan Jusman diminta terlibat langsung dalam pengembangan teori zig-zag saat dia menjadi Direktur Sistem Senjata dan Sistem Antariksa PT IPTN.
Salah satu BUMN strategis yang berada dibawah kendali BJ Habibie sebagai Menteri Ristek dan Ketua BPPT.
Bagaimana Teori Zig-Zag bisa dikembangkan?
Jusman mengungkapkan pada suatu hari Jumat di tahun 1996, mesin fax di rumahnya berbunyi tanda ada kiriman. Namun ternyata kertasnya habis.
Dia sudah menduga jika pada hari Jumat seperti saat itu sudah menjadi kebiasaan BJ Habibie memberikan penugasan.
Maklum di tahun 1996 saya baru ditunjuk menjadi Direktur Sistem Senjata dan Sistem Antariksa PT IPTN oleh Pak Habibie.
Benar saja, tak lama kemudian setelah kertas baru diinstall, mesin faks bekerja tanpa henti. Lembar demi lembar mengalir keluar. Isinya pelbagai angka dan catatan tangan yang khas.
Catatan Prof Habibie di lembar kertas faks itu. Saya tau itu adalah “assignment” , tugas lain saya bukan sebagai Direktur Sistem Senjata, melainkan tugas sebagai seorang asisten. Sebagai “computational aerodynamics yang berfungsi membuat pelbagai simulasi model matematika” jika diperlukan.
Lama saya mempelajari apa yang diminta, Yang tertera diatas kertas hanya simbol lambd, alpha dan gama serta psi, istilah variabel matematik yang amat digemari Prof Habibie kalau beri assignment pada saya.
Singkat cerita setelah itu selama lebih tiga bulan tanpa henti siang dan malam saya ternyata diminta oleh beliau membuat simulasi model matematika tentang kaitan suku bunga bank, inflasi, perubahan nilai tukar dalam perubahan tingkah laku kurva supply and demand dari dua jenis mekanisme pasar.
Pasar terbuka dan pasar terkelola. Beliau memberi “pekerjaan rumah” untuk membuat simulasi model matematika dari kaitan antara fiskal and moneter dari lima negara Amerika, Jerman, Perancis, Jepang dan Indonesia.
Saya bukan ahli ekonomi. Pelajaran ekonomi saya ketika di ITB hanya diberikan oleh Prof Suharsono Sagir , Pengantar Ilmu Ekonomi.
Saya dididik selama 10,000 jam tanpa henti oleh assignment Pak Habibie menjadi ahli perancangan pesawat terbang dan “computational/mathematical modelling aerodynmaics”.
Karenanya dengan assigment tidak biasa ini, setiap hari saya harus membaca buku untuk memahami apa yang disebut dengan M1,M2 apa yang disebut dengan velocities of moneys, flux of money. Sebab intrument equation saya adalah pesawat terbang.
Fenomena pasar terkelola yang cenderung selalu stabil didekati dengan equation stability pesawat terbang komersial angkut penumpang, Boeing atau Airbus,
Sementara fenomena pasar bebas di mana krisis, business cycle, fluktuasi, chaos bisa terjadi di tempat yang tak terduga didekati melalui simulasi gerak “instability and maneuverability” pesawat tempur F16 dalam “multi equilibirium” keseimbangan yang bersifat sementara dan cenderung ringkih jika tidak ada maneuver (yang fly by wire, perubahan cepat dikelola dalam setiap perubahan tingkat stablititas)
Awalnya karena saya tidak hini assigment apa, saya telah membuat semua data itu masuk ke dalam formula “systems dynamics” yang menggambarkan gerak tingkah laku pesawat terbang dalam pelbagai perubahan cuaca dan ketinggian terbang serta perubahan konfigurasi.
Kita menyebutnya pendekatan “matriks koefisien pengaruh” dalam enam derajat kebebasan yang memperlakukan semua variabel, data dan angka tidak sebagai “just number” atau skala,
Baca juga: Titik balik Jepang menjadi negara modern
melainkan sebagai suatu variabel yang dipengaruhi dan mempengaruhi variabel lainnya dalam perubahan ruang dan waktu. Tiap variabel menjadi vektor. Punya besar dan punya arah.
Hasil kajian saya yang kemudian melahirkan dialog intens dengan Prof Habibie, melahirkan dokumen tebalnya 400 halaman. Semua berisi model matematika suku bunga, inflasi, dan nilai tukar dalam perubahan tingkah laku pasar.
Prof Habibie kemudian menyebutnya sebagai Teori Zigzag dalam mengendalikan nilai tukar yang kemudian digunakan oleh beliau ketika menjadi Presiden ketiga ditengah krisis ekonomi tahun 98.
Teori zig zag secara sederhana bisa digambarkan sebagai berikut:
Teori zig zag ala prof habibie merupakan kombinasi gabungan sebab akibat variabel ekonomi yang mempengaruhi kondisi ekonomi,
simplenya sebagai contoh dalam suatu periode menaikkan dan menurunkan suku bunga dengan selisih cukup ekstrim sehingga mempengaruhi faktor lain seperti inflasi, kurs dengan tujuan menciptakan kestimbangan baru sesuai dengan tujuan pengambil kebijakan (istilahnya you make the market follow on your feet, as like as your wish)
pertama, suku bunga, misalnya, diturunkan dari 14% menjadi 8%, “untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi”. Pada saat perekonomian mengalami overheating, otoritas moneter perlu menaikkan suku bunga menjadi 12%.
Setelah ekonomi mendingin, suku bunga diturunkan lagi menjadi 6%. Lalu dinaikkan lagi menjadi 10%, lalu diturunkan lagi menjadi 5%, lalu dinaikkan lagi, lalu diturunkan lagi, begitu seterusnya, sampai suku bunga stabil pada tingkat 4% per tahun.