Mikamoney.com– Strategi Azerbaijan dalam Perang Nagorno-Karabakh. Pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh suatu wilayah sengketa yang diperebutkan antara Armenia dan Azerbaijan telah mencapai titik akhir ketika ditandatangani kesepakatan perjanjian damai antara Armenia dan Azerbaijan dibawah pengawasan Rusia.
Armenia sebelumnya yang begitu getol ingin menguasai wilayah Azerbaijan yang diduduki mayoritas etnis Armenia ini terpaksa ‘menyerah’ setelah mengalami kekalahan yang begitu telak setelah pasukan dan mesin perangnya menjadi sasaran empuk drone Azerbaijan
Kedua Negara ini pernah terlibat perang diakhir tahun 1980-an hingga 1994 dengan sengketa wilayah yang sama namun kali ini perang yang terjadi memberikan ‘nuansa’ lain tentang gambaran perang masa depan yang sesungguhnya sudah mulai dari sekarang.
Pada perang kali ini Armenia masih menggunakan strategi yang sama seperti yang dilakukannya pada perang pertama dengan Azerbaijan yakni strategi konvensional dengan mengerahkan personel dan tank di darat yang di dukung oleh radar mobile P-18 dan sistem anti pertahanan udara seperti S-300.
Sebaliknya, Azerbaijan nampaknya sudah mempersiapkan diri dengan baik dengan mengerahkan drone yang dilengkapi dengan missile berpandu yang dapat dikendalikan dari tempat jauh melalui layar monitor
Azerbaijan mendapat pasokan drone maut ini dari sekutunya yakni Turkey dan juga membeli drone kamikaze Harpy 2 atau juga dikenal dengan nama Harop dari Israel.
Azerbaijan membeli Drone dari turkey, Bayraktar TB2, dimana drone ini tergolong baru namun telah digunakan dalam perang Suriah. Drone Bayraktar mampu menembakkan rudal dengan presisi tinggi dari ketinggian beberapa kaki dari atas tanpa terdeteksi oleh sistem radar Armenia.
Sedangkan drone Harpy 2 merupakan jenis drone yang mengarah kepada sasaran dan meledakkan dirinya untuk menghancurkan sasaran. Jika anda menonton film Angel Has Fallen yang dirilis tahun 2019 seperti itulah cara kerja dari drone Harpy ini
Pada perang yang terjadi lebih dari sebulan ini, Azerbaijan mengerahkan drone dengan memantau sekaligus menghancurkan sistem persenjataan dan personel militer Armenia.
Drone’s eye view yang dikendalikan dari layar monitor oleh pasukan Azerbaijan begitu jelasnya bahkan tidak ada tempat bagi personel Armenia untuk bersembunyi.
Rudal yang dilepaskan dari drone ini menghancurkan tank, howitzer, kendaraan militer, radar P-18, sistem rudal S-300, barak dan personel militer Armenia dengan ketepatan yang sangat tinggi tanpa adanya perlawanan sama sekali.
Bahkan salah satu personel Armenia mengatakan ke salah satu media Russia, RT bahwa dia tidak melepaskan satu tembakanpun karena tidak tahu lawan ada dimana dan tahunya kendaraan militer dan tempatnya sudah hancur berantakan
Setelah mesin perang Armenia dihancurkan melalui drone, selanjutnya Azerbaijan mengerahkan pesawat tempurnya untuk menghacurkan bungker-bungker dan tempat perlindungan militer Armenia untuk mendukung pergerakan pasukan infanterinya di darat.
Dengan strategi ini semua posisi pasukan Armenia dikuasainya bahkan kota yang sebelumnya berada ditangan Armenia seperti kota Susha berhasil di rebut oleh pasukan Azerbaijan.
Nyaris tidak ada perlawanan dari pasukan Armenia untuk menghentikan agresi drone Azerbaijan bahkan sistem persenjatan mahal seperti S-300 pun tidak mampu mengatasinya bahkan jadi sasaran empuk dari misil yang dilepaskan drone Bayraktar
Jika dilihat dari strategi yang digunakan oleh kedua negera tersebut. Strategi Azerbaijan jauh lebih efektif dalam perang kali ini, membangun pasukan drone-nya lebih murah dibandingkan membeli mesin perang seperti Tank ataupun S-300 seperti yang dilakukan Armenia.
Menyadari pasukannya telah berantakan, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pasyinyan menandatangani perjanjian damai yang dimediasi Rusia walaupun mendapat penolakan dari sebagian besar rakyatnya atas kekalahan yang dideritanya
Lalu, adakah cara untuk mengatasi serangan drone seperti yang terjadi dalam perang Nagorno-Karabakh ini?
Rusia telah menerapkan sistem anti serangan drone seperti yang dilakukannya di Suriah dimana pasukan Rusia menempatkan persenjataan Pantsir Missile System dan sistem pengacau gelombang drone.
Cara ini berhasil dilakukan Rusia dalam melindungi Sistem dan Barak Militernya di Suriah dalam menghadapi serangan drone bahkan enam drone berhasil di dijatuhkannya dengan pengacau gelombang dalam keadaan utuh.
Tampaknya gaya peperangan dari masa ke masa telah bergeser dimana Perang Dunia I mengandalkan parit, Perang Dunia II mengandalkan Tank dan mesin perang lainnya dan kali ini perang yang terjadi merupakan perang asimetris dengan mengandalkan mesin perang tak berawak dan gelombang satelit.
Tampaknya masa keemasan Tank telah berakhir hingga tank bertransformasi menjadi mesin perang baru dalam menghadapi perang masa depan.