Dalam cinta sejati hanya ada cinta. Secara alami, engkau memiliki tubuh ini, ada di makhluk ini, engkau berakar di dalamnya — nikmatilah, hargailah, rayakanlah!
Dan tidak ada pertanyaan tentang kesombongan atau ego karena engkau tidak membandingkan dirimu dengan siapa pun. Ego datang melalui perbandingan.
Cinta pada diri sendiri tidak ada perbandingan— engkau adalah engkau, itu saja. Engkau tidak mengatakan bahwa orang lain lebih rendah darimu; engkau sama sekali tidak membandingkan.
Kapanpun perbandingan datang, ketahuilah dengan baik itu bukanlah cinta; ini adalah trik, strategi ego yang halus.
Ego hidup melalui perbandingan. Ketika engkau berkata kepada seorang wanita, “Aku mencintaimu,” itu satu hal; ketika engkau berkata kepada seorang wanita, “Cleopatra tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu,” itu adalah hal lain — sama sekali lain, justru kebalikannya.
Mengapa membawa Cleopatra? Tidak bisakah engkau mencintai wanita itu tanpa membawa Cleopatra? Cleopatra dibawa untuk membesarkan ego.
Cinta tidak mengenal perbandingan; cinta hanya mencintai tanpa membandingkan. Jadi setiap kali ada perbandingan, ingatlah, itu adalah rasa bangga diri yang egois.
Itu adalah narsisme. Dan kapan pun tidak ada perbandingan, ingatlah, itu adalah cinta, baik untuk diri sendiri atau orang lain.
Dalam cinta sejati tidak ada perpecahan. Kedua kekasih melebur menjadi satu. Dalam cinta yang egois ada pembagian besar, bagian yang mencintai dan bagian yang dicintai.
Dalam cinta sejati tidak ada hubungan. Izinkan aku mengulanginya: Dalam cinta sejati tidak ada hubungan, karena tidak ada dua orang yang dapat dihubungkan.
Dalam cinta sejati hanya ada cinta, bunga, aroma, peleburan, penyatuan. Hanya dalam cinta yang egois ada dua orang, yang mencintai dan yang dicintai.
Dan setiap kali ada yang mencintai dan yang dicintai, cinta menghilang. Setiap kali ada cinta, yang mencintai dan yang dicintai sama-sama menghilang ke dalam cinta.
Cinta adalah fenomena yang luar biasa; engkau tidak dapat bertahan hidup di dalamnya.
Cinta sejati selalu ada di saat ini. Cinta yang egois selalu ada di masa lalu atau di masa depan. Dalam cinta sejati ada kesejukan yang penuh gairah.
Ini akan terlihat paradoks, tetapi semua realitas kehidupan yang lebih besar bersifat paradoks; karenanya aku menyebutnya kesejukan yang penuh gairah. Ada kehangatan, tapi tidak ada panas di dalamnya.
Kehangatan memang ada, tetapi kesejukan juga ada di dalamnya, keadaan yang sangat tenang, lembut, dan sejuk. Cinta membuat seseorang tidak terlalu panas.
Jika itu bukan cinta sejati tapi cinta yang egois, maka panasnya luar biasa. Kemudian nafsu itu seperti demam, tidak ada kesejukan sama sekali.
Jika engkau dapat mengingat hal ini, engkau akan memiliki kriteria untuk menilai. Tetapi seseorang harus mulai dengan dirinya sendiri, tidak ada cara lain. Seseorang harus mulai dari tempatnya sendiri.
Cintai dirimu, cintai dengan sangat, dan dalam cinta itu harga dirimu, egomu dan semua omong kosong itu, akan hilang. Dan ketika itu semua menghilang, cintamu akan mulai menjangkau orang lain.
Dan cinta itu tidak akan menjadi hubungan tapi berbagi. Cinta itu tidak akan menjadi hubungan antara objek vs subjek tetapi peleburan, kebersamaan.
Cinta tidak akan menjadi demam, cinta akan menjadi gairah yang dingin, menjadi hangat dan sejuk bersamaan. Ini akan memberimu rasa pertama dari paradoks kehidupan.
( OSHO Indonesia; Love, Freedom, and Aloneness)