Senioritas Pegawai di Institusi Pemerintahan

senioritas terbentuk sejak masa pendidikan berlanjut kelingkungan pemerintahan
Senioritas Pegawai di Institusi Pemerintahan

Mikamoney.com Senioritas Pegawai di Institusi Pemerintahan. Pada lembaga atau institusi pemerintahan sudah lazim terjadi pergantian pimpinan dari suatu UPT (Unit Pelaksana Teknis) ke UPT lainnya

Atau dari satu kantor ke kantor lainnya, biasanya pejabat struktural akan diganti setelah menjabat minimal 5 tahun. Apakah pergantian pejabat ini hanyalah tradisi saja atau solusi untuk mencapai tujuan target yang ditetapkan !

Seperti halnya kita ketahui bahwa institusi pemerintahan bukan organisasi atau lembaga profit yang mengejar keuntungan dengan target tertentu,

Oleh karena itu pegawai diidentikkan oleh sebagian orang sebagai pekerjaan santai karena pekerjaannya hanya monoton yang dilakukan secara berulang-ulang tiap tahunnya terutama pegawai yang bukan berbasis keahlian.

Selama ini yang terjadi di lingkungan instansi pemerintahan yang terjadi adalah rolling atau pergantian pejabat, pejabat yang baru biasanya akan bertindak seperti pejabat sebelumnya menjalankan tugas hariannya sebagaimana layaknya kepala kantor.

Biasanya, pejabat baru ini memiliki program kerja masing-masing karena mau tidak mau mereka harus menyiapkan program kerjanya karena bagian dari tugas Diklat Kepemimpinannya

Dalam menjalankan program kerjanya tersebut, kadang pajabat baru tidak mengalami kendala dalam menjalankan programnya. Biasanya pejabat seperti ini cari aman dan asal kerja saja sebagaimana ‘biasanya’ yang dilakukan pendahulunya.

Tapi, kadang pula pejabat tidak sedikit yang mengalami kendala dari bawahannya entah melawan atau tidak menjalankan instruksinya, biasanya tipikal seperti ini jenis pejabat yang idealis yang ingin mengubah ‘dunia’ sesuai dengan apa yang menurutnya ideal.

Mengapa terjadi seperti itu? Kalau kita perhatikan, selama ini di lingkungan pemerintahan yang di rolling adalah lingkup pejabat struktural saja. Biasanya terjadi pergantian pejabat dari satu tempat ke tempat lain.

Namun, tidak ada pergantian di lingkungan staf pegawai. Karena tidak ada pergantian regular di lingkungan staf pegawai maka terjadi budaya pegawai ‘senioritas’ alias orang lama

Read also :  Pengembangan Kota Satelit Di Pulau Bawean

Pegawai senior ini biasanya akan bertindak seakan-akan kantor itu adalah miliknya, bahkan berani melawan atasannya karena ditunjang oleh teman-temannya yang telah lama bercokol dilingkungan kantornya.

Apalagi pegawai senior ini mengangap dirinya orang asli yang punya hak dan kewenangan dari mbah-buyutnya terhadap tanah dan pulau yang di tempatinya,

sedangkan lainnya adalah orang palsu dan pendatang yang mencari makan ditempatnya, pikiran primordial seperti ini kadang kita jumpai dilingkungan pegawai

yang notabene menganggap dirinya kaum elit karena menjadi golongan terpilih untuk menjalankan pemerintahan atau Negara

Menggerakkan pegawai seperti itu ibaratkan menggerakkan gajah, sulit bergerak bagaimanapun ‘canggih’-nya pimpinan bahkan tidak sedikit pimpinannya yang terlempar dari tempat kantor kerjanya. Kenapa bisa terjadi demikian ?

Menurut hemat penulis, terdapat beberapa faktor yang menjadikan senioritas di lingkungan pemerintahan:

  1. Senioritas muncul disebabkan telah lamanya pegawai berada pada suatu kantor
  2. Terdapat perasaan memiliki berlebihan terhadap kantor disebabkan oleh pemahaman primordial dalam hal ini suku asli/orang asli sedangkan lainnya suku palsu alias pendatang
  3. Perasaan dan pemikiran picik yang menganggap bahwa dirinya telah berjasa banyak terhadap kantor, dengan kata lain kalau tidak ada dirinya maka kantor tidak akan bisa berjalan
  4. Kebanggan berlebihan terhadap alumni sekolah/almamater

Untuk menjadikan suatu lembaga dinamis maka senioritas ini harus di eliminasi, budaya respek pada semua orang harus tetap terjaga dan menerapkan budaya organisasi dalam lingkungan kantor bukan budaya primordial atau adat tertentu.

Budaya organisasi yaitu memperlakukan orang dan bertindak sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, bertindak professional sesuai dengan jabatan dan fungsinya

bukan berdasarkan orang asli atau orang palsu, orang lama atau orang baru, senior atau junior tapi berdasarkan meritokrasi.

Oleh karena itu, terdapat beberapa solusi agar institusi pemerintahan dinamis, sebagai berikut:

Read also :  Salah Jurusan Kuliah, Ini yang Bisa Kalian Lakukan
  1. Perlunya rolling pegawai (staf) agar pegawai tidak membeku di lingkungan kantor yang sama dalam waktu yang lama dengan demikian akan muncul ide-ide baru dan untuk merefresh pemikiran ditempat baru serta belajar hal-hal baru dilingkungan barunya
  2. Tindakan no.1 ini juga untuk mengeleminir pemikiran sempit priomordial untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki terhadap Indonesia sekaligus memutus potensi terjadinya korupsi
  3. Perlunya pembenahan di lingkungan pendidikan, karena cikal-bakal senioritas ini muncul diajarkan ketika siswa memasuki orintasi kampus (OSPEK) dan juga terjadi pada lingkungan pendidikan yang berbasis kedinasan
  4. Perlunya diadakan seminar-seminar motivasi untuk menumbuhkan wawasan yang lebih luas yang bisa merobek cakrawala pemikiran sempit

Namun demikian, memindahkan pegawai tidak semudah yang dibayangkan tentu ada pro kontra dan resistensi.

Oleh karena itu, pemindahan pegawai dan pemindahan pejabat harus dilakukan secara regular misalnya setiap 6 tahun sekali pegawai lama dipindah ke tempat baru walaupun pegawai tersebut bukan pejabat.

Jika ada aturan seperti ini maka pejabat dan pegawai memahami tentang konsekuensinya sebagai aparatur Negara untuk bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia.  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *