Gelar Akademik, Masihkah di Banggakan ?

  • Share
gelar akademik dan manfaatnya

Mikamoney.com Gelar Akademik, Masihkah di Banggakan ?. Ada sebuah film jadul yang menceritakan kisah romantisme anak muda dimana pemeran perempuan menjadi tokoh sentral yang menjadi rebutan dua pemuda,

Satu diantaranya musisi dangdut dan satunya lagi pemuda yang menyandang gelar akademik insinyur pertanian lulusan kampus ternama.

Singkat cerita, si perempuan tertambat hatinya pada pemuda yang tidak jelas masa depannya tersebut karena dia hanya seorang pemain dangdut

Sedangkan orang tua si perempuan lebih memilih sang insinyur karena berpendidikan dan masa depannya cerah.

Ending dari cerita tersebut, saat-saat genting si perempuan memilih cintanya pada pemuda musisi dangdut daripada jejaka insinyur lulusan perguruan tinggi.

Film yang berlatar belakang tahun 1970-an tersebut menggambarkan bahwa pemuda dengan gelar akademik insinyur atau sarjana masih merupakan simbol status sosial tinggi dilingkungan masyarakat

Karena diidentikkan dengan orang berpendidikan dan terhormat oleh masyarakat sekitarnya karena pada saat itu sarjana masih langka tidak sebanyak saat ini

Dan saat itu tidak semua orang mampu untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi ditunjang lagi dengan fakta bahwa kebanyakan orang lulusan sarjana pada saat itu berprofesi sebagai pegawai negeri,

Suatu status sosial yang tinggi dalam pandangan masyarakat di kala itu terutama pada masyarakat pedesaan

Zaman berganti, pada saat ini pendidikan sarjana dianggap sebagai hal yang biasa dimana semua orang bisa memiliki gelar akademik dikarenakan tingkat ekonomi masyarakat yang lebih baik (dibandingkan zaman 1970-an)

Dan orang semakin mudahnya untuk mendapatkan pendidikan dari universitas dan perguruan tinggi yang tersebar dimana-mana.

Gelar akademik sarjana menjadi hal yang lumrah saat ini bahkan penulisan gelar sarjana di belakang nama saat ini pun semakin jarang dilakukan oleh orang karena terkesan ‘kampungan’,

Orang lebih cenderung mencantumkan nama aslinya saja dan baru mencantumkan gelar akademik dan universitasnya di Daftar Riwayat Hidup atau dalam riwayat pendidikan

Karena gelar akademik menjadi sesuatu yang lumrah maka status berpendidikan atau tidaknya seseorang saat ini bergeser bukan hanya pada gelar akademik saja tetapi juga kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang.

Saat ini, orang akan lebih respek terhadap orang yang memiliki gelar akademik ditunjang oleh kemampuannya dalam bidang tertentu yang spesifik dan ahli dibidang itu daripada hanya gelar saja.

Misalnya, seseorang yang memiliki gelar akademik ilmu komunikasi (S.I.Kom) dan dia memiliki kecakapan dalam menyusun draft pidato atau berbicara di depan public dan melakukan deal-deal atau lobby skala besar

Tentu akan lebih dihormati dan dianggap berpendidikan oleh komunitasnya daripada yang hanya mencantumkan gelar akademik saja di deretan nama belakangnya tapi tidak memiliki kemampuan apapun selain kebanggaan gelar dan nama besar alumni kampusnya

Demikian halnya dengan orang yang hanya mengejar strata 2 dan strata 3 (S2 dan S3) hanya untuk mengikuti nafsu egonya semata untuk tujuan status sosial.

Orang semacam itu tidak punya kebanggaan lain selain gelar tersebut. Kadang deretan gelar untuk mengukuhkan egonya ketika rasa intelektualnya disentil oleh kritikan atau bantahan dari orang lain mengenai suatu hal yang sebenarnya remeh-temeh

Banyak deretan gelar akademik boleh saja karena itu juga prestasi seseorang yang telah diraihnya dalam bidang pendidikan.

Namun, gelar akademik tersebut tidak berarti apa-apa jika tidak menghasilkan sesuatu yang bisa dinikmati untuk diri sendiri dan orang lain.

Sebagai contoh: Jika memiliki gelar Prof. DR paling tidak ada sesuatu yang dihasilkan misalnya buku,

Dengan buku tersebut dirinya bisa mendapatkan pemasukan baik melalui royalty atau hasil penjualan buku maupun seminar untuk memenuhi kebutuhannya

Dan bukunya pun bermanfaat untuk orang lain baik berupa keilmuan atau wawasan baru untuk memperluas cakrawala pembacanya

Begitupun bagi kalian yang memiliki gelar S2, misalnya gelar S2 MAB (Magister Administrasi Bisnis) dengan gelar tersebut menunjukkan bahwa kalian secara teoritis dan formal telah ahli dalam bidang bisnis. Baca juga: Kuliah S2 apakah diperlukan ? berikut pertimbangannya

Dengan gelar tersebut seharusnya kalian bisa mendapatkan manfaat untuk diri sendiri dan juga memberikan manfaat kepada orang lain.

Misalnya,  secara keilmuan kalian telah memahami hal yang berkaitan dengan bisnis

Oleh karenanya dengan keilmuan yang kalian pelajari secara formal di kampus kalian bisa menghasilkan sesuatu misalnya mendirikan perusahaan atau mengembangkan perusahaan yang telah dirintisnya dan merekrut karyawan

Ini berguna tidak hanya untuk diri kalian sendiri namun juga bermanfaat untuk orang lain yakni karyawan kalian yang mendapatkan sumber pemasukan untuk membiayai kebutuhan keluarga atau anak-anaknya. Inilah yang dinamakan gelar akademik yang bermanfaat.

Sebaliknya, kalau kalian hanya terpaku pada gelar akademik yang dimilikinya saja tanpa menghasilkan sesuatu selain kebanggaan kampus dan IPK-nya maka sama saja tidak bermanfaat selain hanya ego diri.

Memiliki gelar akademik tetapi tidak bermanfaat untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri saja tidak berguna maka sebenarnya itu hal yang sia-sia.

Bahkan mereka yang tidak memiliki gelar jauh lebih baik karena menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia dan peradaban seperti yang dilakukan oleh Bill Gates dan Mark Zueckerberg. Baca juga: Kuliah di kampus terkenal apakah menjamin sukses ?  

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *