Alam bawah sadar – Hari-hari kita melakukan aktifitas rutin, seperti berpakaian, makan, minum, interaksi, dan lain-lain. Hal itu telah dilakukan manusia secara turun-temurun sejajak dahulu kala dan di manapun juga keberadaannya.
Sebagian besar aktifitas rutin yg ppang dilakukan manusia berada di alam bawah sadarnya.
Mereka melakukannya berdasar peniruan-peniruan dari ragam pengaruh yang dialaminya. Kondisi itu berlaku secara evolusi (‘hukum’ evolusi), termasuk (suatu contoh kongkrit) mengapa saya takut pada anjing, tidak pada sepeda motor atau mobil misalnya; demikian juga dalam cara kita berpakaian, dan lain-lain. Itu semua tunduk pada hukum evolusi.
Banyak pula aktifitas-aktifitas sadar yang kita pilih dan ingin kita pilih, namun tiada terbilang pula dalam realitanya kita dihadap pada kondisi ketidak mampuan melakukannya.
Dalam kondisi itulah kita masuk dalam kubangan merasa serba salah (Jawa: ewuh-pekewuh). Di situ pulalah munculnya sikap mendua atau bahkan berwajuh.
Saya berpikir, jika kita menempatkan diri pada posisi subyek, maka dalam kondisi itu kita harus membangun masyarakat rasional. Untuk apa?, agar kita bisa menyadari akan hak-hak kita dalam kehidupan ini.
Aktifitas sadar (rasional) itu pun tentu tidak mungkin bisa menghapus kondisi pengaruh alam ‘kebawah sadaran’ itu, namun hanya bisa meminimalisir, atau mungkin menetralisir.
Adapun yang pasti, saya berpikir, bahwa dengan itu akan menegakkan keberadaan kita sebagai subyek. (Cannington WA, 14 Oktober 2017)
Penulis: A. Fuad Usfa. Alam bawah sadar dan eksistensi subjek.