Mikamoney.com– Fernao Magalhaes (Ferdinand Magellan) dan Fransisco Pizarro adalah dua orang penakluk dari spanyol (Conquistador) pada masa awal kolonialisasi eropa yang memiliki nasib berbeda.
Conguistador merupakan Istilah secara khusus diberikan kepada para penakluk dari Spanyol (serdadu) dan kolonis Spanyol yang pergi menjelajah ke benua Amerika,
dan kemudian ke Asia untuk melakukan Conquista (penaklukan) dalam rangka mencari rempah-rempah dan kemudian menaklukkan bangsa-bangsa lain seperti Indian Inca, Aztec, dan Maya
Kegagalan Ferdinand Magellan di Philiphina
Ferdinand Magellan memimpin Armada de Molucca Spanyol, Yang ditugaskan oleh Kaisar Romawi Suci, Charles V untuk mencari rute basah ke pulau rempah-rempah Molucca (Maluku), menghindari perjanjian Tordesillas karena rute timur telah diberikan ke Portugal.
Setelah tiba di pulau Cebu di wilayah visaya, Magellan terjerat dalam persaingan lokal antara Raja Humabon, penguasa kerajaan Sugbu (Cebu) yang sudah mengakui kekuasaan Spanyol dan Datu si Lapu lapu, kepala Mactan yang menolak penaklukan Spanyol, serta Kekuasaan Raja Humabon.
Pada 27 April 1521, Magellan berlayar dengan 60 prajuritnya yang bersenjata lengkap dan mendarat di pulau Mactan. Lusinan anak buahnya tetap di kapal karena Magellan tidak mempercayai mereka.
Serdadu penakluk dari Spanyol (Conquistador) sepenuhnya dilengkapi dengan baju lapis baja dan senjata terbaru di Eropa, terutama senapan, crossbow, pedang, tombak dan meriam kecil di kapal pendarat mereka.
Orang Mactan memuja Datu Lapu lapu, dan sekitar 1500 prajurit siap bertarung untuk Mactan dan Lapu Lapu. Prajurit Mactan dilengkapi dengan perisai kayu, pedang, tombak bambu berujung besi, busur dan panah beracun.
Lapu lapu mengatur fokusnya menjadi tiga divisi, satu di depan dan dua mengapit conquistador dari kedua sisi. Awalnya Conquistador membakar desa, untuk menakuti masyarakat mactan. Sebaliknya prajurit mactan menjadi marah dan menyerang.
Tembakan musket dari serdadu Spanyol tidak menghalangi para warrior lapu lapu, karena orang-orang Visayan sudah akrab dengan senjata senjata, terutama lantaka melayu, cetbang jawa dan pao cina.
Conquistador yang bersenjata lengkap dan baju lapis baja, prajurit mactan memusatkan serangan mereka pada kaki orang Spanyol yang tidak terlindungi. Menyerang mereka dengan panah, tombak & pedang.
Magellan dan anak buahnya ditembaki dalam 3 arah dan kewalahan. Karena Magellan terlalu percaya diri, dan mengabaikan bantuan Raja Humabon dan kru pemberontak lainnya.
Datu Lapu lapu dan prajurit mactan membunuh Magellan, sementara conquistador yang selamat melarikan diri ke kapal mereka. Perlawanannya menggagalkan upaya awal Spanyol untuk menundukkan pulau-pulau itu.
Penaklukan Inca oleh Frasisco Pizarro
Disisi lain, jauh di benua Amerika Selatan. Satu armada Conguistador yang dipimpin Fransisco Pizarro yang terdiri dari 168 prajurit (106 infantri, 62 kavaleri berkuda, 4 meriam dan 12 senapan api) mendarat di Peru tahun 1526 dan mulai melakukan penaklukan kerjaan Inca pada tahun 1531.
Fransisco Pizarro, beserta pasukannya membantai suku Indian Inca Peru yang dipimpin raja Atahuallpa yang dikelilingi pasukan berkekuatan 80.000 prajurit.
Pasukan Pizarro mengandalkan senjata api, pedang dan baju lapis baja serta strategi dan cara yang licik tipu muslihat dalam menaklukan pasukan Inca.
Pizarro saat itu berhasil membujuk Raja Inca, Atahuallpa, agar datang ke Cajamarca untuk menghadiri perayaan dia sebagai penguasa setelah memenangkan perang dalam perebutan kekuasaan di kerajaan Inca.
Ketika perayaan berlangsung, Pizarro memerintahkan pasukannya untuk menangkap raja Atahuallpa dan menembaki pengiringnya bersamaan dengan itu pasukan berkuda kavaleri menyerbu orang-orang Inca yang mencoba melarikan diri agar tidak memberi tahu kepada pasukan Atahuallpa yang berada di pegunungan.
Pembantaian pun tak terelakkan. Hanya dalam satu jam, pasukan Pizarro membantai 5.000 orang suku Inca tanpa kehilangan satupun prajuritnya. Pasukan Pizarro berhasil menangkap Atahuallpa.
Raja Inca itu menawarkan ruangan berisi harta dan 24 ton emas sebagai tebusan untuk pembebasannya dan Pizarro menerimanya namun tetap tidak dibebaskan dan Atahuallpa sempat dipaksa pindah keyakinan sebelum akhirnya dieksekusi mati pada 29 Agustus 1533.
Penaklukan Pizarro atas suku Inca berlangsung pada momen tepat. Pada 1532, Kerajaan Inca dilanda perang saudara yang menewaskan banyak orang dan menyebabkan perpecahan di antara bangsa mereka sendiri.
Kerajaan Spanyol, melalui perantara Pizarro, membantu salah seorang putra penguasa Inca, Huascar, yang tengah berebut kekuasaan dengan saudaranya, Atahuallpa.
Perang antara pasukan Spanyol pimpinan Pizarro dengan suku Inca terus berlangsung setelah matinya Atahuallpa. Namun pembantaian Pizarro di Cajamarca itu menandakan berakhirnya era Kerajaan Inca dan dimulainya penjajahan bangsa Eropa di Amerika Selatan.
Jared Diamond, Profesor Geografi di UCLA menyatakan bahwa keunggulan bangsa-bangsa eropa pada saat kolonialisasi terletak pada senjata, kuman dan baja serta kemampuan mereka dalam literasi (menulis dan membaca) yang memudahkan mengatur strategi dan mengirim pesan kepada anggotanya.
Hal ini berbeda dengan bangsa-bangsa yang ditaklukkan yang belum mengenal senjata kuat seperti baja dan senapan api serta tidak memiliki pasukan kavaleri berkuda yang cepat terlebih lagi tidak mengenal literasi dimana mereka mengandalkan pesan hanya melalui mulut ke mulut yang cenderung terdistorsi.